Perempuan dan Pabrik



‘Perempuan Perkasa’, ya, begitulah sebutan yang pantas bagi mereka kaum hawa yang rela menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja.

Salah satu pabrik di Sukabumi yang didominasi oleh pekerja
perempuan
Banyak sekali akhir-akhir ini saya melihat para kaum hawa yang rela bekerja demi menghidupi keluarganya dan dirinya sendiri. Bahkan yang sudah berumah tangga pun rela membantu suaminya dengan bekerja. Memang banyak sekali bidang-bidang pekerjaan yang mereka geluti, tapi bagi mereka yang berpendidikan hanya sampai bangku sekolah SMP atau bahkan SD, pabrik adalah tempat kerja yang objektif bagi mereka. Pabrik garmen atau tekstil adalah ladang bagi mereka untuk mengais rezeki.


Di daerah saya, Sukabumi, banyak sekali pabrik-pabrik garmen yang memenuhi hampir setiap jantung di daerah Sukabumi. Jika kalian lewat atau berkunjung ke daerah Sukabumi, jangan heran kalau setiap pagi atau sore hari, jalanan selalu macet karena selalu dipenuhi aktifitas para pekerja yang berangkat atau pulang kerja.

Pada Hari Minggu

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/dki-jakarta/pada-hari-minggu/ )

Saat iring-iringan demonstran bergerak menuju Istana, sebuah perintah keluar lewat toa dari mobil Polisi. “Bagi para pengendara motor dipersilakan memutar balik, agar tidak terjebak macet!” Beberapa detik kemudian, jalan menjadi semrawut karena bukan hanya para pengendara motor yang memutar balik, namun juga para pengemudi mobil. Sebagian dari mereka bahkan melintas di jalur busway.

Massa yang melakukan demonstrasi di Bundaran HI untuk
memperingati Hari Buruh
1 Mei 2011
09:24 WIB
sms (short message service) dari Mira kepada Ageung dan Zikri: ‘Gue udah di busway.. Doakan aku ya. Cepet nyusul kawans!’
Sukabumi, Jawa Barat
Ageung

Aku kembali ke Jakarta karena ingin melihat demo hari buruh di Istana Presiden bersama kedua temanku, Mira dan Zikri. Awalnya aku berencana menaiki kereta dari stasiun dekat rumahku di Parung Kuda, Sukabumi, pukul 6 pagi. Namun  karena terlambat bangun, aku pun tertinggal kereta. Akhirnya aku memutuskan untuk menaiki angkutan umum jurusan Sukabumi-Bogor menuju Bogor, lalu menyambungnya dengan kereta menuju Jakarta agar lebih cepat sampai ke Istana Presiden, tempat terpusatnya aksi demonstrasi memperingati Hari Buruh.

Coretan Tembok

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/coretan-tembok/ )

Cerita dari seorang kawan lama . . .


Buruh,  mereka adalah tulang punggung dari sebuah perusahaan tempat mereka bernaung. Mereka adalah motor untuk memajukan parusahaan itu,  mereka faktor terpenting dari kemajuaan perusahaan itu dan mereka sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan.

Coretan para buruh di kamar mandi sebuah pabrik di Sukabumi
Tapi akhir-akhir ini semenjak diterapkan sistem outsourcing atau sistim kerja kontrak, mereka seperti terpenjara oleh aturan yang membelenggu mereka. Apalagi mereka dibayang-bayangi dengan kebijakan pemutusan kerja jika kontrak mereka selesai atau habis kontrak. Kebijakan sepihak yang sangat merugikan mereka di jaman seperti ini saat semua orang kesulitan mencari pekerjaan.


Terkadang peraturan-peraturan yang dibuat para pemimpin tidak relevan dan membuat mereka harus kerja lebih keras. Jika mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun, mereka terancam pemutusan kerja. Padahal peraturan ini tidak sebanding dengan apa yang telah mereka sumbangsihkan untuk perusahaan itu. Setiap hari mereka bermandikan keringat, dan suasana panas dalam pabrik mereka abaikan demi mencapai hasil yang memuaskan. Penyakit pun, tak ayal, gampang menyerang mereka.
Menurut apa yang saya lihat di kamar mandi tempat saya bekerja (salah satu pabrik di daerah Sukabumi), sebagian besar buruh melampiaskan segala unek-uneknya di sana.  Salah satunya dengan mencorat-coret dinding kamar mandi.

Fenomena Pabrik Sampai ke Rumahku


Hari itu aku pulang  ke kampungku di Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Parungkuda. Saat aku sampai, rumah terlihat penuh oleh saudara-saudaraku yang sedang berkumpul. Awalnya, aku kira ada sesuatu yang terjadi. Tetapi ternyata mereka berkumpul untuk mengerjakan pekerjaan tangan yang sebenarnya selama ini sudah sering aku lihat. Mereka  sedang menyulam bunga. Pekerjaan ini adalah kerja sampingan dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar kediamanku.

Ibu dan saudara-saudaraku sedang mengerjakan pesanan
sulaman bunga dari pabrik di rumah
Daerah Parungkuda adalah sebuah kecamatan yang terletak sekitar 20 km dari Kota Sukabumi. Daerah ini  merupakan kawasan industri. Di sini banyak pabrik-pabrik berdiri yang sebagian besar adalah perusahaan milik Korea. Pabrik-pabrik ini kebanyakan memproduksi pakaian jadi. Di dekat rumahku ada sekitar 5 pabrik garmen yang berderet satu sama lain di satu jalan.

Ibu dan keluargaku mendapatkan kerja sampingan ini dari salah satu saudaraku yang bekerja di PT Kenlee, yang merupakan salah satu pabrik garmen yang terletak tidak jauh dari rumah. Keluargaku sering sekali mendapatkan kerja sampingan dari PT Kenlee ini. Kerja sampingan dari PT Kenlee selalu berhubungan dengan sulam-menyulam, seperti yang sedang dikerjakan di rumahku, yaitu menyulam bunga sebagai ornamen atau hiasan pada baju. PT Kenlee juga merupakan salah satu pabrik Korea. Selain di rumahku, kadang-kadang mereka mengerjakan sulam-menyulam ini di rumah Uwa (kakak dari ibuku) yang rumahnya berseberangan dengan rumahku.


Ibu sedang mengambil bahan-bahan sulaman di pabrik

Berjanji

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/berjanji/ )

Masih tentang Parungkuda, Sukabumi tempat di mana aku dilahirkan. Cerita baru ketika aku pulang kampung ke Sukabumi sungguh tiada henti.


Rumahku
Sabtu lalu aku pulang ke kampung halaman di Parungkuda. Ketika itu, adik bungsuku sedang berulang tahun ke 12. Saudara-saudaraku datang menghadiri acara ulang tahunnya, meskipun acaranya terbilang sangat biasa: hanya ditemani dengan kue ulang tahun, nasi kuning, ayam goreng, sambal dan lalapan. Dengan bakat memasak turun menurun dari keluarga, semua masakan itu dimasak langsung oleh ibuku.

Dua saudariku sedang menyulam
Dari 3 saudari, ibuku merupakan Si Bungsu. Dulu kakak ke dualah yang kursus memasak, dia mengkhususkan diri pada jurusan membuat kue. Kemudian ilmunya itu diturunkan ke kakak perempuannya dan adik perempuannya, yaitu Si Bungsu, ibuku. Hingga saat ini, 3 saudari itu membuka usaha kue masing-masing. Sedangkan kakak pertama, dulu juga pernah mengambil kursus menjahit. Sama seperti kakak ke dua, kemudian ilmunya itu diturunkan ke saudari-saudarinya. Namun sampai sekarang, yang benar-benar menggeluti bidang jahit-menjahit hanya ibuku. Uwakku yang pernah mengenyam kursus manjahit itu, malahan sering meminta bantuan ibuku, bahkan untuk sekedar menjahit baju-baju yang sobek, karena cuma ibuku yang punya mesin jahit. Terakhir, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, ibuku mengambil kursus kecantikan. Namun ibuku berbeda, ilmu salon-menyalonnya tidak diturunkan ke saudara-saudara perempuannya. Bukannya tidak mau menurunkan, namun mereka lebih memilih untuk menyalon gratis ke ibuku.

Maaf Tahun Ini

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/maaf-tahun-ini/ )

Setelah berpuasa sebulan lamanya, akhirnya pada tanggal 1 Syawal para umat Islam merayakan Hari Kemenangan, yaitu Idul Fitri. Untuk setiap tahunnya penetapan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan menjadi perdebatan. Di Indonesia sendiri, perdebatan ini tidak lepas dari dua organisasi masyarakat (ormas) besar di Indonesia,  Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama (NU). Muhammadiyah berpatokan dengan Hisab, sedangkan NU dengan Rukyat. Sama seperti pada tahun ini. Dalam kalender Masehi, menyatakan bahwa pada tanggal 30–31 Agustus 2011 merupakan Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Kita mulai berpuasa pada tanggal 1 Agustus 2011. Ya, kalau dihitung-hitung memang jika Hari Raya jatuh pada tanggal 30 Agustus, maka kita hanya berpuasa selama 29 hari.

Shalat Idul Fitri di kampungku, RT 04/04, Parungkuda.

Ketika aku mencari di internet tentang penetapan Hari Raya Idul Fitri, banyak artikel yang memuat kebingungan masyarakat kapan akan berlebaran di tahun ini. Akhirnya aku meng-klik satu artikel tentang Idul Fitri di Wikipedia. Dalam kalender Islam, penetapan Hari Raya Idul Fitri selalu sama setiap tahunnya, yaitu 1 Syawal. Namun dalam kalender Masehi pasti berbeda setiap tahunnya, karena dalam kalender Islam penetapan hari ialah berdasarkan fase bulan, sedangkan kalender Masehi berdasarkan fase bumi mengelilingi matahari. Perbedaan inilah yang menyebabkan penetapan Idul Fitri selalu berubah di dalam kalender Masehi, yaitu terjadi perubahan 11 hari lebih awal setiap tahunnya. Pada tahun lalu kita merayakan Idul Fitri pada tanggal 10 September 2011. Maka, 11 hari sebelum 10 September adalah 30 Agustus.
Beberapa masjid sudah mengumandangkan takbir Lebaran
meskipun sidang Isbath masih berlangsung

Tidak Seburuk yang Saya Kira

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/tidak-seburuk-yang-saya-kira/ )

Bulan kemarin saya bekerja di sebuah pabrik garmen di daerah Sukabumi, tepatnya di Parungkuda. Di daerah itu banyak sekali pabrik-pabrik garmen. Mayoritas buruh pekerja pabrik di daerah itu adalah wanita. Saya bekerja di salah satu pabrik garmen sebagai buruh dibagian Quality Control (QC).