Bank Keliling

Artikel pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/bank-keliling/ )

Aku akan memulainya dengan kata ‘Bank’. Menurut undang-undang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kata ‘bank’ sendiri berasal dari Bahasa Itali, yaitu banque atau banca  yang berarti bangku. Para bankir Florence pada masa Renaissans melakukan transaksi mereka dengan duduk di belakang meja penukaran uang, berbeda dengan pekerjaan kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka untuk duduk sambil bekerja.


Ibu-ibu yang berkumpul untuk meminjam dan menyetor uang
Tidak ada habisnya cerita-cerita dari kampungku. Dan semuanya itu tidak lepas dari pabrik dan pinjam meminjam.

Parungkuda, Sukabumi juga banyak Bank yang tersebar. Bank-bank yang kita kenal lewat iklan yang ada di mana-mana. Bank resmi yang diakui oleh pemerintah. Selain menabung, kita pun bisa meminjam uang, tentunya dengan jaminan. Berbagai macam jaminan, seperti: surat tanah, BPKB mobil atau motor, surat rumah dan sebagainya. Kita tinggal datang ke bank dan membawa surat-surat yang akan dijaminkan. Fenomena pinjam meminjam sangat diminati di kampungku. Tak jarang orang akan rela menjaminkan rumahnya untuk meminjam uang.
Banyaknya pabrik berjejer sehingga membuat orang-orang lebih memilih untuk bekerja di sana dari pada meneruskan sekolahnya. Pabrik menawarkan lapangan pekerjaan, tentunya sebagai buruh pabrik. Fenomena pabrik ini mencerminkan kemiskinan struktural. Karena kebijakan pemerintah yang mengijinkan para pengusaha untuk membangun usahanya di kampungku, sehingga pengusaha dapat memanfaatkan sumber daya, yaitu orang-orang untuk dipekerjakan dan dibayar murah. Tetapi pemerintah tidak memajukan pendidikkan bagi orang-orang di kampungku. Sehingga banyak teman-temanku yang memutuskan berhenti sekolah dan kemudian bekerja sebagai buruh pabrik.

Para karyawaan pabrik


11-11-11



Pagi itu aku, Otty, Diki dan Fauzi sedang berada di ruangan akumassa dengan kesibukan masing-masing. Sayup-sayup aku sedikit mendengarkan perbincangan mereka tentang hujan es. Dengan spontan aku menyela obrolan mereka.
“Kiamat ya?”
“Apaan?” tampak Otty kebingungan.
Ilustrasi kiamat pada film 2012 DoomsDay
Aku jelaskan kenapa aku menyebutkan kata ‘kiamat’. Dulu waktu aku masih duduk di bangku kelas 3 SD ada isu tentang kiamat dan akan adanya hujan es. Aku sendiri tidak tahu gosip itu berasal dari mana. Dikabarkan pada tanggal 9 September 1999, tepatnya pada pukul 09.09 WIB pagi kiamat akan datang. Semua pun tahu apa itu kiamat. Kiamat adalah hari kehancuran alam semesta. Aku dan hampir semua teman di sekolah merasa takut akan kedatangan hari kiamat itu. Saking takutnya, kami berencana tidak masuk sekolah pada tanggal 9 September. Malah ada salah satu temanku yang terkenal pelit, ketika beberapa hari menjelang hari kiamat dia berubah menjadi dermawan. Guru-guru juga mendengar gosip kiamat itu, tapi mereka terlihat santai.
Pada hari H, memang banyak teman-temanku yang tidak masuk sekolah. Aku terpaksa harus sekolah karena diomeli oleh ibu. Setiap satu kelas hanya ada sekitar 5-10 anak yang masuk sekolah. Sekolah tampak lenggang, akhirnya sekolah diliburkan dan kami pun pulang kembali ke rumah. Di perjalanan aku merasa was-was takut kiamat terlalu cepat datang. Berlari dengan mulut komat-kamit membaca surat-surat pendek yang aku hafal. Sampai lah aku di rumah. Aku pikir lebih baik kiamat datang ketika aku tidur. Aku pun memaksa diri untuk tidur. Dan tertidurlah aku.

Buruh dan Asap


Kisah dari seorang teman...


Sukabumi, saat mendengar nama salah satu kota di Jawa Barat ini pasti banyak hal yang melintas di benak anda.


Buruh batu kapur, hal lainnya yang juga ada di Sukabumi

Mulai dari Pantai Pelabuhan Ratu yang terkenal dengan ombaknya yang ganas dan legenda Nyi Roro Kidul, indahnya curug (air terjun) Cibeureum dan Situ Gunung, perkebunan teh di Salabintana, Pantai Ujung Genteng yang indah, Moci (Kue berbahan dasar tepung ketan, gula, kacang tanah, gula tepung, dan tepung tapioca-Red), Mie Kocok, padatnya Pasar Cicurug dan Pasar Cibadak, Ilmu Santet dari Jampang yang menyaingi dukun-dukun dari Banten, banyaknya warga yang mengadu nasib di luar negeri sebagai TKI, dan tentunya budaya pernikahan dini yang belum juga hilang.
Masih banyak yang bisa dilihat dari Sukabumi, biasanya kota ini akan ramai saat musim liburan tiba. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta juga menjadikan Sukabumi sebagai pilihan utama keluarga untuk berlibur, biasanya Pantai Pelabuhan Ratu dan Kebun Teh Salabintana akan sangat ramai saat tahun baru tiba. Saya sendiri tinggal di Bojong Lopang, salah satu daerah yang berada di Jampang Tengah, Sukabumi.
Jalan berliku menuju Bojong Lopang

Perempuan dan Pabrik



‘Perempuan Perkasa’, ya, begitulah sebutan yang pantas bagi mereka kaum hawa yang rela menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja.

Salah satu pabrik di Sukabumi yang didominasi oleh pekerja
perempuan
Banyak sekali akhir-akhir ini saya melihat para kaum hawa yang rela bekerja demi menghidupi keluarganya dan dirinya sendiri. Bahkan yang sudah berumah tangga pun rela membantu suaminya dengan bekerja. Memang banyak sekali bidang-bidang pekerjaan yang mereka geluti, tapi bagi mereka yang berpendidikan hanya sampai bangku sekolah SMP atau bahkan SD, pabrik adalah tempat kerja yang objektif bagi mereka. Pabrik garmen atau tekstil adalah ladang bagi mereka untuk mengais rezeki.


Di daerah saya, Sukabumi, banyak sekali pabrik-pabrik garmen yang memenuhi hampir setiap jantung di daerah Sukabumi. Jika kalian lewat atau berkunjung ke daerah Sukabumi, jangan heran kalau setiap pagi atau sore hari, jalanan selalu macet karena selalu dipenuhi aktifitas para pekerja yang berangkat atau pulang kerja.

Pada Hari Minggu

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/dki-jakarta/pada-hari-minggu/ )

Saat iring-iringan demonstran bergerak menuju Istana, sebuah perintah keluar lewat toa dari mobil Polisi. “Bagi para pengendara motor dipersilakan memutar balik, agar tidak terjebak macet!” Beberapa detik kemudian, jalan menjadi semrawut karena bukan hanya para pengendara motor yang memutar balik, namun juga para pengemudi mobil. Sebagian dari mereka bahkan melintas di jalur busway.

Massa yang melakukan demonstrasi di Bundaran HI untuk
memperingati Hari Buruh
1 Mei 2011
09:24 WIB
sms (short message service) dari Mira kepada Ageung dan Zikri: ‘Gue udah di busway.. Doakan aku ya. Cepet nyusul kawans!’
Sukabumi, Jawa Barat
Ageung

Aku kembali ke Jakarta karena ingin melihat demo hari buruh di Istana Presiden bersama kedua temanku, Mira dan Zikri. Awalnya aku berencana menaiki kereta dari stasiun dekat rumahku di Parung Kuda, Sukabumi, pukul 6 pagi. Namun  karena terlambat bangun, aku pun tertinggal kereta. Akhirnya aku memutuskan untuk menaiki angkutan umum jurusan Sukabumi-Bogor menuju Bogor, lalu menyambungnya dengan kereta menuju Jakarta agar lebih cepat sampai ke Istana Presiden, tempat terpusatnya aksi demonstrasi memperingati Hari Buruh.

Coretan Tembok

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/coretan-tembok/ )

Cerita dari seorang kawan lama . . .


Buruh,  mereka adalah tulang punggung dari sebuah perusahaan tempat mereka bernaung. Mereka adalah motor untuk memajukan parusahaan itu,  mereka faktor terpenting dari kemajuaan perusahaan itu dan mereka sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan.

Coretan para buruh di kamar mandi sebuah pabrik di Sukabumi
Tapi akhir-akhir ini semenjak diterapkan sistem outsourcing atau sistim kerja kontrak, mereka seperti terpenjara oleh aturan yang membelenggu mereka. Apalagi mereka dibayang-bayangi dengan kebijakan pemutusan kerja jika kontrak mereka selesai atau habis kontrak. Kebijakan sepihak yang sangat merugikan mereka di jaman seperti ini saat semua orang kesulitan mencari pekerjaan.


Terkadang peraturan-peraturan yang dibuat para pemimpin tidak relevan dan membuat mereka harus kerja lebih keras. Jika mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun, mereka terancam pemutusan kerja. Padahal peraturan ini tidak sebanding dengan apa yang telah mereka sumbangsihkan untuk perusahaan itu. Setiap hari mereka bermandikan keringat, dan suasana panas dalam pabrik mereka abaikan demi mencapai hasil yang memuaskan. Penyakit pun, tak ayal, gampang menyerang mereka.
Menurut apa yang saya lihat di kamar mandi tempat saya bekerja (salah satu pabrik di daerah Sukabumi), sebagian besar buruh melampiaskan segala unek-uneknya di sana.  Salah satunya dengan mencorat-coret dinding kamar mandi.

Fenomena Pabrik Sampai ke Rumahku


Hari itu aku pulang  ke kampungku di Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Parungkuda. Saat aku sampai, rumah terlihat penuh oleh saudara-saudaraku yang sedang berkumpul. Awalnya, aku kira ada sesuatu yang terjadi. Tetapi ternyata mereka berkumpul untuk mengerjakan pekerjaan tangan yang sebenarnya selama ini sudah sering aku lihat. Mereka  sedang menyulam bunga. Pekerjaan ini adalah kerja sampingan dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar kediamanku.

Ibu dan saudara-saudaraku sedang mengerjakan pesanan
sulaman bunga dari pabrik di rumah
Daerah Parungkuda adalah sebuah kecamatan yang terletak sekitar 20 km dari Kota Sukabumi. Daerah ini  merupakan kawasan industri. Di sini banyak pabrik-pabrik berdiri yang sebagian besar adalah perusahaan milik Korea. Pabrik-pabrik ini kebanyakan memproduksi pakaian jadi. Di dekat rumahku ada sekitar 5 pabrik garmen yang berderet satu sama lain di satu jalan.

Ibu dan keluargaku mendapatkan kerja sampingan ini dari salah satu saudaraku yang bekerja di PT Kenlee, yang merupakan salah satu pabrik garmen yang terletak tidak jauh dari rumah. Keluargaku sering sekali mendapatkan kerja sampingan dari PT Kenlee ini. Kerja sampingan dari PT Kenlee selalu berhubungan dengan sulam-menyulam, seperti yang sedang dikerjakan di rumahku, yaitu menyulam bunga sebagai ornamen atau hiasan pada baju. PT Kenlee juga merupakan salah satu pabrik Korea. Selain di rumahku, kadang-kadang mereka mengerjakan sulam-menyulam ini di rumah Uwa (kakak dari ibuku) yang rumahnya berseberangan dengan rumahku.


Ibu sedang mengambil bahan-bahan sulaman di pabrik

Berjanji

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/berjanji/ )

Masih tentang Parungkuda, Sukabumi tempat di mana aku dilahirkan. Cerita baru ketika aku pulang kampung ke Sukabumi sungguh tiada henti.


Rumahku
Sabtu lalu aku pulang ke kampung halaman di Parungkuda. Ketika itu, adik bungsuku sedang berulang tahun ke 12. Saudara-saudaraku datang menghadiri acara ulang tahunnya, meskipun acaranya terbilang sangat biasa: hanya ditemani dengan kue ulang tahun, nasi kuning, ayam goreng, sambal dan lalapan. Dengan bakat memasak turun menurun dari keluarga, semua masakan itu dimasak langsung oleh ibuku.

Dua saudariku sedang menyulam
Dari 3 saudari, ibuku merupakan Si Bungsu. Dulu kakak ke dualah yang kursus memasak, dia mengkhususkan diri pada jurusan membuat kue. Kemudian ilmunya itu diturunkan ke kakak perempuannya dan adik perempuannya, yaitu Si Bungsu, ibuku. Hingga saat ini, 3 saudari itu membuka usaha kue masing-masing. Sedangkan kakak pertama, dulu juga pernah mengambil kursus menjahit. Sama seperti kakak ke dua, kemudian ilmunya itu diturunkan ke saudari-saudarinya. Namun sampai sekarang, yang benar-benar menggeluti bidang jahit-menjahit hanya ibuku. Uwakku yang pernah mengenyam kursus manjahit itu, malahan sering meminta bantuan ibuku, bahkan untuk sekedar menjahit baju-baju yang sobek, karena cuma ibuku yang punya mesin jahit. Terakhir, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, ibuku mengambil kursus kecantikan. Namun ibuku berbeda, ilmu salon-menyalonnya tidak diturunkan ke saudara-saudara perempuannya. Bukannya tidak mau menurunkan, namun mereka lebih memilih untuk menyalon gratis ke ibuku.

Maaf Tahun Ini

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/maaf-tahun-ini/ )

Setelah berpuasa sebulan lamanya, akhirnya pada tanggal 1 Syawal para umat Islam merayakan Hari Kemenangan, yaitu Idul Fitri. Untuk setiap tahunnya penetapan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan menjadi perdebatan. Di Indonesia sendiri, perdebatan ini tidak lepas dari dua organisasi masyarakat (ormas) besar di Indonesia,  Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama (NU). Muhammadiyah berpatokan dengan Hisab, sedangkan NU dengan Rukyat. Sama seperti pada tahun ini. Dalam kalender Masehi, menyatakan bahwa pada tanggal 30–31 Agustus 2011 merupakan Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Kita mulai berpuasa pada tanggal 1 Agustus 2011. Ya, kalau dihitung-hitung memang jika Hari Raya jatuh pada tanggal 30 Agustus, maka kita hanya berpuasa selama 29 hari.

Shalat Idul Fitri di kampungku, RT 04/04, Parungkuda.

Ketika aku mencari di internet tentang penetapan Hari Raya Idul Fitri, banyak artikel yang memuat kebingungan masyarakat kapan akan berlebaran di tahun ini. Akhirnya aku meng-klik satu artikel tentang Idul Fitri di Wikipedia. Dalam kalender Islam, penetapan Hari Raya Idul Fitri selalu sama setiap tahunnya, yaitu 1 Syawal. Namun dalam kalender Masehi pasti berbeda setiap tahunnya, karena dalam kalender Islam penetapan hari ialah berdasarkan fase bulan, sedangkan kalender Masehi berdasarkan fase bumi mengelilingi matahari. Perbedaan inilah yang menyebabkan penetapan Idul Fitri selalu berubah di dalam kalender Masehi, yaitu terjadi perubahan 11 hari lebih awal setiap tahunnya. Pada tahun lalu kita merayakan Idul Fitri pada tanggal 10 September 2011. Maka, 11 hari sebelum 10 September adalah 30 Agustus.
Beberapa masjid sudah mengumandangkan takbir Lebaran
meskipun sidang Isbath masih berlangsung

Tidak Seburuk yang Saya Kira

Artikel ini pernah dimuat dalam akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/tidak-seburuk-yang-saya-kira/ )

Bulan kemarin saya bekerja di sebuah pabrik garmen di daerah Sukabumi, tepatnya di Parungkuda. Di daerah itu banyak sekali pabrik-pabrik garmen. Mayoritas buruh pekerja pabrik di daerah itu adalah wanita. Saya bekerja di salah satu pabrik garmen sebagai buruh dibagian Quality Control (QC).