Aku dan Perpustakaan

Artikel ini pernah dimuat di akumassa.org ( http://akumassa.org/program/lenteng-agung-jakarta-selatan/aku-dan-perpustakaan/ )

Aku punya pengalaman bersama sebuah tempat yaitu, perpustakaan. Perpustakaan-perpustakaan yang aku kunjungi dari dulu sampai saat ini.
Dulu waktu aku masih duduk di  bangku Sekolah Dasar di Sukabumi, aku lupa, apa aku pernah mengunjungi perpustakaan. Seingatku, waktu aku kelas 6, ruang kelasku adalah ruangan bekas perpustakaan. Aku hanya ingat, saat duduk di kelas tiga, siswa-siswi diperintahkan oleh guru untuk meminjam buku paket di perpustakaan sekolah. Namun karena pada waktu itu ada saudara sepupuku di kelas empat yang meminjamkan buku tersebut kepadaku, maka tak perlulah aku datang mengunjungi perpustakaan pada saat itu. Jarang sekali guru meminta kami untuk mencari bahan pelajaran di perpustakaan. Guru lebih sering merangkum buku-buku itu, lalu mendiktekannya kepada kami. Mungkin kemanjaan itulah yang membuatku terlupa tentang keberadaan perpustakaan sekolah.
Perpustakaan Forum Lenteng

Sambutan untuk Ramadhan

Artikel ini pernah dimuat di akumassa.org ( http://akumassa.org/kontribusi/sukabumi-jawa-barat/sambutan-untuk-ramadhan/ )


Penetapan tanggal 1 Ramadhan 1433 H kembali membingungkan kaum muslim. Pertama, Muhammadiyah yang memakai metode wujudul hilal (hisab hakiki) menetapkan awal Ramadhan hari Jumat tanggal 20 Juli 2012. Alasannya, bulan (hilal) sudah wujud (ada) di atas ufuk waktu matahari terbenam pada Kamis tanggal 19 Juli 2012. Meskipun tidak bisa dilihat dengan teleskop sekalipun, lantaran dekatnya bulan dengan matahari, sehingga cahaya matahari yang begitu kuat (terang) menghilangkan wujud bulan. Metode ini telah diterapkan Muhammadiyah pusat periode Jarnawi tahun 1969. Ketetapan ini diperkuat lagi dengan musyawarah nasional tarjih Muhammadiyah tahun 2005 di Padang, dan disokong Persatuan Islam (Persis).


Suasana Ramadhan 1433 H  di Stasiun Parungkuda, Kabupaten Sukabumi
Kedua, Pemerintah mengadakan sidang Isbat yang akhirnya diputuskan bahwa tanggal 1 Ramadhan 1433 H jatuh pada tanggal 21 Juli 2012. Hal ini ditetapkan karena tidak ditemukannya hilal disetiap wilayah 33 Propinsi Indonesia. Pemerintah selama ini menggunakan metode rukyatul hilal dengan memantau keberadaan hilal di beberapa lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Artikel ini pernah dimuat dalam sukabumitoday.com (http://www.sukabumitoday.com/2012/01/efek-bumerang-pembangunan-fisik-di.html)  pada tanggal 16 Januari 2012


Foto diambil dari http://poskota.co.id yang diunggah pada tanggal 9 September 2011
Di sukabumi, sejak setengah dekade terakhir telah dibangun Jalan Jalur Lingkar Selatan. Saya menyebutnya ini sebagai sebuah mega-proyek, proyek besar. Tentu saja dengan alasan betapa besar uang yang dipakai untuk menuntaskan proyek tersebut, pun sebanding dengan akibat yang besar dari pembangunan jalan tersebut, jalannya pun memang sangat besar.

Dalam kehidupannya, manusia selalu terkurung oleh apa yang ada di dalam pikirannya, khususnya oleh hal-hal yang dapat diukur, kuantitatif. Pandangan terhadap pentingnya pembangunan sebuah jalan, Gang, MCK, Irigasi, dan renovasi fisik lainnya selalu tertuju pada berapa besar anggaran yang digunakan, dampak terhadap pembangunan pun harus selalu bisa diukur. Artinya, pembangunan tersebut dilakukan dengan mengacu kepada hal-hal yang bisa diukur, sudah tentu karena penjara pikiran kita telah dikuasai oleh materi, arah dan kebijakan pembangunan pun harus selalu menuntaskan segala hal yang bisa diukur oleh fisik kita, bisa dilihat oleh mata. Ketika di hadapan kita telah berdiri sebuah gedung posyandu, jalan memanjang dan lebar, maka kita akan berdecak kagum bahwa pembangunan telah berhasil.

Ruang Buruh







Dian Komala
Permisi, ini bukan tulisan narsis…

Saya adalah seorang gadis desa yang berasal dari sebuah kota kecil di Sukabumi. Saya sering mendengar kata ‘Depok’. Ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar hingga kini (usia saya 21 tahun), hampir semua teman sekolah memanggil saya ‘BelandaDepok’. Ya, saya tahu mengapa, hanya karena persoalan warna kulit saya yang putih. Dan kebetulan dulu sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, saya sering pulang pergi ke Depok untuk mengunjungi para saudara di sana. Tinggal naik bus jurusan Sukabumi – Depok , satu kali.

Lalu, kenapa Belanda Depok? Sekali lagi ini bukan tulisan narsis! Kulit saya memang putih, karena sisa darah Belanda yang mengalir dari buyut saya. Itu pun hanya sisa. Dan kata ‘Belanda Depok’ pun tidak ada hubungan sama sekali dengan aktivitas saya yang sering berkunjung ke Depok.